Membaca Dunia dengan Cara Berbeda - Bagian 2: Di Balik Proses Membaca dan Kecerdasan Disleksia
Selayang Pandang Kasus Disleksia
Alex, seorang anak berusia 10 tahun, menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam penalaran abstrak dan logika. Ia memiliki perbendaharaan kosakata yang kaya serta pemahaman konsep yang mendalam. Namun, ada satu hal yang membuatnya tampak berbeda --- kemampuannya dalam membaca sangat tertinggal. Setiap kali diminta membaca lantang, Alex tampak tertekan dan kerap berusaha menghindar. Meski kemampuan membaca dan mengejanya tergolong rendah, ia justru unggul dalam matematika, jauh di atas rata-rata anak seusianya.
Apa sebenarnya yang terjadi pada Alex? Apakah ini hanya soal malas belajar, atau ada hal lain yang luput dari perhatian? Dalam bagian kedua dari seri Membaca Dunia dengan Cara Berbeda, kita akan menelusuri lebih jauh proses membaca dan memahami apa yang disebut sebagai kecerdasan disleksia.
🌙
Apa Itu Disleksia dan Mengapa Membaca Bisa Menjadi Tantangan?
Disleksia bisa dialami oleh siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Ini bukan gangguan penglihatan atau masalah kecerdasan, melainkan kesulitan spesifik dalam sistem bahasa, terutama dalam memproses bunyi-bunyi dalam kata. Masalah utama disleksia terletak pada kesadaran fonologis, yaitu kemampuan untuk mengenali dan mengolah bunyi terkecil dalam bahasa yang disebut fonem.
Fonem adalah unit suara terkecil yang membentuk kata. Misalnya, kata cat terdiri dari tiga fonem: /k/, /æ/, dan /t/. Saat belajar membaca, anak perlu memahami bahwa kata tertulis bukan suatu kesatuan utuh, melainkan dibentuk dari bagian-bagian suara yang bisa dipisahkan dan disusun kembali.
Tanda-Tanda Umum Disleksia
Anak atau orang dewasa dengan disleksia mungkin menunjukkan beberapa tanda berikut:- Kesulitan membaca, terutama saat membaca keras di depan orang lain
- Sering salah dalam mengeja kata
- Kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara, meski tahu apa yang ingin dikatakan
- Salah ucap atau memilih kata yang keliru.
- Sulit menghafal informasi secara verbal seperti urutan hari, lagu, atau aturan bahasa (rote-memory).
- Membaca kata yang sama secara berbeda pada waktu berbeda.
Berbicara adalah kemampuan alami yang berkembang secara spontan, tapi membaca adalah keterampilan yang harus dipelajari secara sadar. Saat berbicara, otak mengambil fonem dari ingatan, menyusunnya secara berurutan, dan menggerakkan otot bicara. Namun saat membaca, otak harus melakukan proses yang lebih kompleks:
- Mengubah huruf menjadi bunyi (fonem)
- Menggabungkan bunyi-bunyi itu menjadi kata
- Mengenali arti dari kata yang dibaca
Anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam kesadaran fonemik --- kemampuan untuk mengenali dan memecah bunyi dalam kata. Karena itu, mereka kesulitan memecahkan "kode" membaca, yang disebut proses decoding.
Dalam membaca, ada dua komponen utama:
- Decoding --- mengenali kata dan membacanya
- Comprehension --- memahami makna
Apakah Disleksia Berkaitan dengan Kecerdasan?
Tidak. Disleksia tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan. Seorang anak yang sangat cerdas bisa saja mengalami disleksia. Sebaliknya, anak dengan IQ rata-rata pun bisa lancar membaca jika kesadaran fonologisnya kuat.
Disleksia adalah gangguan spesifik dalam mengenali dan mengolah bunyi dalam bahasa, Namun, meski memiliki kelemahan dalam decoding, banyak anak dengan disleksia memiliki kekuatan luar biasa dalam bidang lain, seperti:
- Penalaran logis
- Pemecahan masalah
- Pemahaman konsep
- Empati dan kepekaan sosial
- Kosakata yang luas
- Berpikir kritis dan kreatif
🌙
Memahami disleksia bukan hanya soal mengenali tantangan dalam membaca, tetapi juga membuka mata bahwa cara seseorang memproses informasi bisa sangat beragam. Anak-anak dengan disleksia bukan kurang cerdas—mereka hanya belajar dengan cara yang berbeda.
Pada bagian selanjutnya, kita akan menelusuri bagaimana otak bekerja pada individu dengan disleksia -- menyingkap peran area-area tertentu dalam otak yang mempengaruhi kemampuan membaca.
Sampai jumpa di seri berikutnya:
Membaca Dunia dengan Cara Berbeda - Bagian 3: Memahami Peran Otak dalam Penderita Disleksia
📖
Referensi: Shaywitz, S., & Shaywitz, J. (2020). Overcoming dyslexia (2nd ed., completely revised and updated). Knopf Doubleday Publishing Group.
Comments
Post a Comment